Senin, 30 Maret 2015

Lika-liku 2 cinta sang Presiden ...



 Siapa “Aku” dalam tulisan ini akan saya sebutkan nanti di akhir tulisan ...

Pertemuan itu tanpa sengaja. Saat itu aku berkunjung
di Budapest ibukota Hongaria. Hari itu, hari terakhir
kunjungan kami di sana, aku mencari oleh-oleh buat
keluarga, keluar masuk toko suvenir. Aku mencari
dan agak sulit karena penduduk Budapest jarang
yang berbahasa inggris. Akhirnya aku ketemu sebuah toko. Ada 3 gadis dalam toko itu. Dua gadis
penjaga tak terlalu mengerti. Yang kucari adalah
kaos oblong motif yang "historis" tentang Budapest.
Aku biasanya membawa oleh-oleh oblong karena
tidak semua anakku boleh makan coklat. Oblong
seragam lebih baik. Maka, permintaanku dijawab oleh manajer toko yang
keluar menghampiri dengan bahasa inggris yang
sangat bagus. Dialah Szilvia Fabula gadis Hongaria
yang saat itu sedang mengambil S2 bidang ekonomi.
Pantas bahasa inggrisnya bagus. Dan tentu belanja
jadi lebih mudah. Aku ingat beli oblong agak banyak. Sekeluar toko itu, kulihat @anismatta masih berjalan
tangan kosong belum ada belanjaan. “Jen”, begitu aku biasa memanggil @anismatta,
yang maksudnya kependekan dari SekJen. Maklum
@anismatta adalah sekjen abadi, sedangkan aku
adalah wakil sekjen. "Jen, ini tempat belanja enak.
Manajernya jago bahasa inggris", demikian kira-kira
kataku waktu itu. Dia tertarik dan masuk, kuantar @anismatta sampai
dalam, "Miss szilvy, my friend also need assistance".
Dan aku lalu pergi. Kutinggalkan @anismatta di toko
itu dan aku pun titip belanjaan dengan harapan bisa
keluar lihat-lihat yang lain. Setiap beberapa menit
aku kembali ke toko itu dengan maksud kalau sudah selesai bisa pulang ke hotel bareng. Berkali-kali aku
kembali ke toko itu dan nampaknya ada percakapan
dua hamba Tuhan yg belum selesai. "Percakapan dua orang pintar", kira-kira seperti itu
kedengarannya sebab temanya juga tidak
sederhana. Sore itu adalah sore terakhir kami di kota
tua itu. Dingin menjelang malam. Kami kembali ke
hotel. @anismatta tidak bisa menutupi kesan dalam
percakapan itu, "Manajer toko itu seorang pencari makna", kesannya. Kami tidur cepat malam itu
karena besok pagi kami harus kembali pagi-pagi. Pagi itu, setelah sarapan kami bersiap menuju
airport. Rupanya sang manajer mampir sebelum
masuk kerja. Dia datang membawa hadiah buat Jen,
sebuah buku yang kulihat berat sekali temanya.
 Belakangan kudengar bahwa malam itu ia
melakukan browsing dan membaca versi bahasa inggris artikel @anismatta. Untuk itulah dia datang
pagi itu, membawa buku dan menyatakan ingin
belajar tentang tulisan-tulisan @anismatta. Di kalangan aktifis tarbiyah @anismatta dikenal
sebagai penulis produktif sejak awal 90-an. Manajer
itu penasaran. Tapi, pagi itu kami berpisah tanpa tahu
apakah kami akan bertemu lagi. Negeri kami
berjarak jauh. Terus terang, banyak dari kisah ini
kutahu di kemudian hari karena ini pribadi. Dan aku tak terbiasa urus pribadi orang. Meski aku dekat
dengan @anismatta tak berarti aku harus tahu
semua hal. Kisah ini terjadi sekitar 7-8 tahun lalu. Satu kisah yang aku tidak tahu akan berakhir dengan
pernikahan, sebab keluarga @anismatta adalah
keluarga bahagia. Dan saya tahu Anaway, isteri
pertama @anismatta adalah perempuan berani,
terbuka dan cerdas anak politisi senior Golkar.
Keluarga @anismatta adalah keluarga modern yang terbuka. Nyaris semua hal diputuskan bersama jika
soal keluarga. Adapun kisah manajer Toko dari
Budapest itu menjadi menarik karena rupanya ada
korespondensi. Suatu hari @anismatta bilang, "Ada email tuh dari
Budapest".
"Dari Mustaq?", tanya saya balik.
Mustaq adalah pedagang pashmina dan karpet di
pasar Budapest yang tokonya sempat kami masuki.
Dia orang Kashmir, Muslim. "Bukan, itu manajer toko", jawab Jen.
"Oh apa kabar dia?”, tanya saya dan rupanya Jen
sudah mencetak email Szilvi.
Kepada saya diperlihatkan email yang sama sekali
berat. Ini bukan soal percintaan dan rindu, ini soal
filsafat. "Ini berat Jen, kenalin aja ke Mustaq biar dia punya
teman, kita kan kapan bisa ke sana?", itu solusi
dariku.
Meski Jen nampak keberatan, aku berterus terang
tak mengerti apa kelanjutannya. Tapi Jen selalu
cerita. Aku sering di-update bahwa kini Szilvi sudah jumpa Mustaq dan rupanya isteri Mustaq orang
Hongaria asli. Tapi banyak yang mengagetkan,
misalnya Szilvi sudah bersyahadat atau Szilvi sudah
pakai kerudung. Sampai suatu hari aku ingat musim libur yang
dingin...kami berkesempatan lagi ke Budapest. Ini
kunjungan pribadi. Aku lupa jarak pertemuan kami
dan betapa singkat pertemuan di toko dan lobby
hotel saat perpisahan dulu. Tapi nampak pada
tampilannya dan juga caranya bertuturkata kami seperti ketemu orang baru saat jumpa yang kedua
kalinya. Siapakah yang merubah Szilvi? Aku tidak tahu persis.
Tapi memang aku menjadi banyak mendengar cerita
dia. Setelah perpisahan dulu itu ternyata Szilvia terus
mengontak melalui email dan diskusi antara
@anismatta dengannya berlanjut intens. Szilvia cerita
kepadaku bahwa mereka sama-sama peminat ilmu- ilmu sosial dan itulah yang mengisi diskusi mereka
via email. Lalu topik diskusi juga pindah ke soal
agama Islam dan sekitar 4 bulan kemudian Szilvia
menyatakan sudah masuk Islam. Rupanya dia sempat dikirimi al-Qur'an dengan
terjemahan Bahasa Inggris dan lalu diarahkan ke
Islamic Center Budapest oleh Jen. Di Islamic Center
itulah Szilvia menemukan banyak teman dan
akhirnya membuka hatinya masuk Islam. Sebagai
pencinta ilmu sosial, dia berpikiran bebas dan tidak taat agama meski umumnya mereka katolik.. Dan
salah satu sebabnya sangat kritis kepada Islam
adalah soal pembolehan poligami oleh ajaran Islam.

Bagi Szilvia, pelaku poligami adalah kaum chauvinist
yang egois dan menganggap diri superhuman.
Rupanya itulah yang membuat perdebatan mereka
seru dan rupanya tambah seru tambah penasaran.
Perdebatan ini mengingatkan aku pada kisah bung
Karno dan Fatma, gadis cantik dari Bengkulu. Dalam pembuangan, si Bung sempat menjadi guru Agama di
sekolah Muhammadiyah Bengkulu. BUNG Karno sudah menikah ke-2 dengan Ibu Inggit
dan memboyongnya ke Bengkulu bersama Ratna
Juami, sang anak angkat. Sore hari, Tokoh
Muhammadiyah Bengkulu menitipkan anaknya untuk
les agama sore hari kepada Soekarno, dialah
Fatmawati. Suatu sore, Ratna tak ikut les dan tinggal mereka berdua. Menarik bahwa saat itu Fatmawati
bertanya soal poligami. Bung Karno menjawab,
bahwa zaman dulu banyak peperangan dan banyak
lelaki mati di medan perang. Sehingga banyak janda. Bung Karno melanjutkan cerita bahwa untuk itulah
poligami dibolehkan oleh Islam. Fatma terdiam, entah
apa yang dipikirkan. Entah apa yang sebetulnya
terjadi tapi kemudian kita tahu Fatmawati menjadi
isteri proklamator dan menjadi ibunya Megawati.
Aku juga tidak tahu apa penjelasan @anismatta kepada Szilvia. Tetapi Szilvia nampak beda hari itu.
Waktu kami berjumpa kerudungnya sudah
sempurna. Dan dia menyampaikan terima kasih
kepada kami. "Terima kasih," kata dia. Karena akibat pertemuan
singkat dulu dia belajar Islam dan menjadi muallaf.
Szilvia juga mengantarkan kami ke Islamic Center of
Budapest dan mempertemukan kami dengan
pimpinannya. Pimpinan Islamic Center kagum dengan
Szilvi bisa kenal @anismatta orang Indonesia yang fasih berbahasa Arab. Memang umumnya mereka
meski jadi imam belum bisa berbahasa Arab. Tapi
ramai sekali Islamic Center ini. Kata Szilvi setiap hari ada saja yang masuk Islam di
IC Budapest dan umumnya mereka gadis. Entah
mengapa. Sore itu kami dikenalkan oleh sang imam 7
gadis dari kawasan Eropa timur yang menjadi
muallaf bersama-sama. Kisah mereka menarik tapi
kita kembali saja kepada kisah @anismatta dan Szilvia fabula. Mereka terus berdebat. Sampai kami
kembali lagi ke Jakarta, kami belum mendengar ada
kisah cinta. Semuanya dialog tentang Islam. Szilvia harus dilihat sebagai sosok yang juga tidak
gampang menerima ide-ide Islam. Latarnya rumit
dan sangat rasional. Karenanya juga tak gampang
debat-debat itu dimenangkan oleh @anismatta. Email
pertama yang ditunjukkan padaku sangat berat.
@anismatta memang terbantu karena cukup memahami sejarah peradaban barat dan komplikasi
panjangnya dengan Islam. Maklum dulu beliau yang
sering mengisi materi Gozwul Fikri di kalangan
aktivis dakwah. Jen rupanya juga memberikan beberapa buku
keislaman yang ditulis untuk memasuki pemikiran
Barat. Misalnya buku Khurshid Ahmad bersama
beberapa pemikir lain "Islam Its Meaning and
Message". Buku ini sangat dikenal. Sebagai
penggemar filsafat, Jen juga mengirim buku yang terkenal di barat. Jen kutahu senang Erich Fromm.
Kita tahu bahwa Erich Fromm adalah seorang
humanis filsuf jerman abad 20 yang dikenal sebagai
penganut mazhab frankfurt. Jen merekomendasikan buku-buku Erich Fromm
seperti The sane Society dan The Art of Loving. Meski
sangat singkat korespondensi dan setumpuk buku
filsafat dan alquran bahasa Hongaria cukup
berkesan. Dalam waktu singkat Szilvia Fabula
melalap buku pemberian atau rekomendasi kawan korespondensinya itu. Pergulatan pemikirannya
selama ini rasanya terjawab dalam banyak buku-
buku seperti itu di samping al-Qur'an tentu saja. Szilvia sudah membaca al-Qur'an dan terjemahannya
sampai khatam sebelum akhirnya memeluk Islam.
Bacaan al-Quran bersama buku-buku lain membuka
jalannya menemukan kebenaran dan memantapkan
keyakinan dalam hidupnya. Tentu faktor-faktor
pemikiran saja tidak dengan sendirinya mendorong orang masuk Islam. Biasanya ada faktor emosi juga.
Faktor emosi tentu bersumber dari seseorang. Atau
suatu kejadian. Inilah yang kuduga banyak
melibatkan Jen. Saya mendengar suatu ketika ayah Szilvia menderita
kanker mata dan dioperasi dengan menggunakan
mata buatan. Ia tergoncang tanpa pegangan. Szilvia
memang sudah menamatkan al-Quran dan kitab
filsafat...tapi tetap abstrak. Saat itulah Szilvia berjanji
jika ayahnya bisa sembuh total maka ia akan segera menyatakan diri Muslim. Dan itulah yang terjadi.
Ayahnya sembuh total dan sehat hingga sekarang.
Bahkan sudah 3 kali ke Indonesia. Kesembuhan total ayahandanya tercinta nampaknya
banyak menambah keyakinannya dalam berTuhan.
Selama ini keyakinan itu seperti datang dan pergi.
Seperti ada dan tiada atau seperti penting tidak
penting. Kini beda. Menurut kisahnya, 31 januari 2006
Szilvia bersyahadat di Islamic Centre Budapest...jen tidak diberitahu. SZILVIA nampaknya ingin mengalaminya sebagai
sesuatu yang murni. Belakangan banyak kisah lucu
dalam pencariannya. Sambil mencari arti Islam maka
yang dicari juga adalah tentang siapakah
@anismatta? Lelaki yang kini jadi sahabat pena-nya
dan mengirimnya buku masih menyimpan tanda tanya. Salah satu artikel yang ia browsing bahkan
menyebut @anismatta sebagai tokoh fundamentalis
radikal. Tentu itu beda dengan apa yang dia temui di
inbox emailnya. Seorang lelaki terbuka pembaca
filsafat dan sejarah barat. Tapi baginya sekarang dia
sudah menjadi seorang Muslimah...dengan keyakinannya sendiri. Jen akhinya diberitahu.
Jen tentu kaget karena dia tak menyangka
keputusan besar diambil szilvia secepat itu. ALLAHU
Akbar. Szilvia menurutku bukan pencari kebenaran
biasa. Dia gigih dan determinan. Aku dengar dari jen.
HARI-hari setelah bersyahadat dan apalagi setelah memakai jilbab maka Budapest menjadi tak mudah
baginya. Ia harus menjawab banyak pertanyaan dari
keluarga dan orang-orang terdekatnya. "Mi történt
veled Szilvia?" Itu saya translate, "Ada apa denganmu Szilvia?" Kira-
kira dalam bahasa Hongaria itu pertanyaan
terbanyak baginya. Szilvia bukan kalah. Dia bahkan
meyakinkan banyak orang dengan agama Islam. Dia
aktif di Islamic Center. Sampai setelah bermukim di
Jakarta dia masih terus meyakinkan keluarga dan sahabatnya terdekat. Tahun lalu, Szilvia meyakinkan
neneknya tercinta bersyahadat...alhamdulillah
sebelum Allah kemudian memanggilnya. Ia mungkin
membaca sebuah hadits yang menyebutkan betapa
besarnya pahala bagi yang mengantarkan hidayah.
Lebih baik dari dunia dan isinya. Ia merasakan proses pncarian itu dan ia ingin mengantarkan orang yg
dicintainya. Pencarian Szilvia yang mendalam dan ditemani Jen.
Adalah kisah penting untuk dituliskan.

Ini bagian ketiga, tentang sesuatu yang kita sebut
"jatuh cinta". Tentang sesuatu yang tak mungkin
berpura-pura. Tapi siapakah yang "Jatuh?" Siapakah
yang memulai dan siapakah yang terjerumus
mengagumi atau "merasa". Bagian ini seperti sulit,
kecuali kalau kita mengenal Jen sejak lama. Aku mengenalnya sejak kuliah di UI. Jen sejak awal menonjol. Ketekunannya membaca
sudah kusaksikan sendiri dan kemampuannya
menulis dan bicara masyhur. Tapi mungkin yang
orang tidak tahu banyak adalah kemampuannya
mengendalikan diri dan emosinya. Itu rahasianya.
Maka sebagai sekjen partai 4 periode itulah yang nampak. Sekretariat dan daya dukung kepada partai
terkendali. Soal cinta, dia menulis "serial cinta"
setelah menulis "serial kepahlawanan". Tapi apa
yang ia tulis? Ia bukan perangkai kata omong
kosong...tulisannya itu mengakar pada karakter dan
kepribadiannya. @anismatta telah lama menjurubicarai pikirannya
dan sebaliknya pikirannya menjadi jubir bagi
karakternya. Maka jadilah dia pesona di mata banyak
orang dan aku yakin itu yang terjadi pada Szilvia
Fabula. Gadis itu mencintainya entah kapan mulainya.
Dia tak mungkin jujur kepadaku. Ini soal di antara mereka. Tapi ini tentu jadi cerita di antara kami
karena pernyatan cinta Szilvia tak mungkin dijawab
senda gurau. INI SOAL SERIUS sebab ujung dari percintaan yang
dewasa adalah pernikahan. Sesuatu yang tak
gampang. Sepanjang bulan-bulan dimana diskusi itu
berlangsung, Jen tidak mengira kalau gadis muallaf
itu akan jatuh cinta padanya. Sebab sejak awal
@anismatta selalu menyebutkan kalau dia sudah berkeluarga dan punya 7 anak..(ampun deh) JEN BUKAN orang yang suka sembunyi atau
samarkan identitas semisal mengaku bujang.
Karenanya sejak awal @anismatta yakin itu tidak
akan masuk dalam logika orang Eropa seperti Szilvi
menjadi istri kedua. Apalagi gadis muallaf itu tentu
punya banyak pilihan di negerinya sendiri ketimbang jadi istri kedua. Sekali lagi, buat @anismatta situasi
ini sangat tidak mudah. Berdasarkan situasi waktu itu
tidak sederhana. Ada percampuradukan masalah
ditingkat Jen, Szilvia, keluarganya dan juga posisinya
sebagai pejabat. Sesungguhnya Jen kasihan dengan
Szilvia...bagaimana keputusan besar itu ia buat...apa
dia mengerti resiko? Apa dia mengerti bahwa dia
harus menyesuaikan diri di Indonesia yang nun jauh
dari keluarganya Hongaria? Pada diri Jen ada banyak
pertanyaan, Bagaimana harus meyakinkan Anaway (istri pertama–ed) dan ketujuh anak-anaknya? Ini
tetap sangat berat meski saya tahu dia tidak pernah
menyembunyikan hal-hal seperit ini darI
keluarganya. Dalam percakapan kami sebelum itu
kalau kami bercanda, Anaway selalu menjawab
ketus, "Ngomong doang!". Tahu kan artinya, namanya juga laki-laki. Kalau ditantang balik
memang kami keok. Sampai sekarang aku masih
sering keok. Anaway luar biasa, entahlah bagaimana ia bisa
sampai pada keputusan mengijinkan perempuan lain
ada di rumahnya. Jen masih punya banyak masalah,
Bagaimana pula harus meyakinkan kedua
orangtuanya yang masih hidup dan tinggal
bersamanya? Bukankah papa daeng dan mama daeng (begitu mereka menyebut orangtuanya)
adalah pasangan monogami? Karena aku ingat diriku
sendiri, ibuku karena sayang dengan mantu maka
bercandapun (tentang poligami) aku kena plotot. Jadi isteri kita sebagai mantu yang baik perasaannya
dijaga mertuanya. Tamatlah riwayat kita. mau apa
lagi? Hehe.. Itu tentu juga terjadi pada Anaway dan
itu yang mempersulit langkah sang sekjen. Dan
sebagai sekjen, bagaimana hal ini harus dibicarakan
di internal partai? Khususnya dengan ketua Majelis Syuro? Dan akhirnya sebagai politisi, bagaimana ini
akan mempengaruhi jalan hidup dan karir politiknya?
ini tentu dipikirkan. Jadi, Perkawinan kedua ini pada dasarnya benar-
benar tidak terbayangkan bagi Jen. Terlalu banyak
masalah. Ribet mas.... Hampir tidak terlihat celah bagi
@anismatta untuk membuat perkawinan ini jadi
kenyataan. Penulis cinta limbung... Daftar kendalanya
terlalu banyak, melebihi kemampuannya untuk melampauinya..kalau saya sih mending lempar
handuk.. SZILVI sendiri rupanya tidak mudah juga sampai pada
kesimpulan...keberanian menyatakan cinta. Sebab
dia juga tahu konsekwensi dari perasaannya. Ini
termasuk perasaan yang berbahaya. Subversif! TAPI
sejak awal memang sudah tampak kagum dengan
Jen tapi cintanya mungkin berkembang perlahan selama diskusi-diskusi itu. Perkenalannya dengan Jen nampaknya juga
penemuan makna hidup yang dia cari tapi sekaligus
penemuan pasangan hidup..hehe... Menemukan
makna hidup pada seseorang yang menjalani makna
itu dalam kesehariannya..mungkin itu awalnya... Tapi
menjadi istri kedua? Bagaimana itu mungkin? Szilvia juga bingung dan seperti Jen juga tidak punya
bayangan. Nah loh... TAPI mungkin buat Szilvia bertemu Jen seperti
menemukan permata yang hilang, sayang kalau
hilang (Gubraaak). Bagi orang Eropa menemukan
teman bicara yang sepadan memang merupakan
karunia, apalagi yang terasa tulus dan setia.
Budapest, kota tempat dia sehari-hari hidup, orang- orang seperti tak lagi bertegur sapa. Mungkin juga
karena gak kenal. Entahlah sebab perasaan tentang
masa kecil, kota kelahirannya di Bakescaba dan
Budapest tempat ia kerja semua berpengaruh. Jadi
ketemu manusia jenis lain macam kami ini juga
anugerah buat dia. Aku, Jen, Irel sang kakak dan Aboe si cucu nabi. Selain Jen, kamilah yang sering
ditemui Szilvia...Jen kami yakini gak boleh jalan
sendiri...ntar ilang. Kecil-kecil gitu jangan main-main
dia Sekjen Partai Islam Terbesar di Dunia..hehe... Tapi ini tentang Szilvia, ia merasa mendapatkan
karunia itu, tapi jalan menuju pelaminan benar-benar
tidak terbayangkan. TAPI APAKAH Szilvia tak
memikirkan Anaway? Apakah cinta tak
mempertimbangkan perasaan orang lain? Ini
memang bukan soal Szilvia ini soal Jen dan Anaway. Apakah ada masalah di antara mereka? Apakah ini
cheating? Inilah yang harus dibikin clear..aku tidak
tahu dimensi diskusi antara Anaway dan suaminya.
Setahuku, mereka tidak pernah pecah...merekalah
pasangan yang serasi dengan anak yang banyak. Ini
keluarga happy. Bahwa mereka berdiskusi soal poligami sebagai
wawasan aku tahu. Sebab di kalangan aktivis itu
biasa. Dan bagiku sendiri di dalamnya ada misteri
dan ada banyak salah paham. Cie...kayak berani
aja...hehe... Bercandaan kayak gitu itu ya termasuk
salah paham..sebab ada yang melihat poligami untuk gagah gagahan aja... Terutama laki-laki..kalau sudah
ngomong poligami dan ngomong sunnah Nabi SAW
dah kayak dia yang nabi...dan sanggup. Sunnah yang
lain nggak pernah dikerjain. Giliran poligami duh..."ini
sunnah Rosul dan tidak boleh ditolak!" Biasanya pakai nambah dalil segala.." Barang siapa
yang menolak sunnah Rosul maka tidak termasuk
ummatnya". Bener sih, tapi kan jadi
maksa...makanya kan poligami hampir hak ada kisah
suksesnya...ini kan soal cinta juga lah. DIALOG searah
yang memaksa tidak terjadi di rumah Jen. Mereka semua sekeluarga terlibat diskusi unik. Mereka
terbuka. Karena itu Anaway sebagai isteri dan anak-
anaknya semua terlibat. Ini soal bersama. Tak boleh
ada yang terpaksa. Sejak awal perkenalan, Jen sudah menceritakan soal
manajer toko sovenir yang dia temui itu kepada
Anaway. Cerita yang dimaksud tentu soal
pencariannya dan diskusi yang berlanjut. Itu biasa,
anak-anak juga nimbrung. Justru itu harusnya
menjadi bagian dari keterbukaan, "giue perlu tau dong laki gue ngobrol ma siapa", itu logat Anaway. Tentu, perempuan tetap perempuan tapi Anaway
juga punya latar keluarga yang besar. Seperti
umumnya Sulawesi. Di keluarga Anaway isu poligami
ini bukan barang baru, karena kakeknya dari ibu juga
beristri 3 dan tinggal serumah. Ayah Anaway, alm
Thoha Mansyur adalah mantan anggota DPR RI selama 17 thn dari Fraksi Golkar (1971-1987). Thoha Mansyur adalah salah seorang tokoh perintis
pemekaran Sulawesi Tenggara dari Sulawesi Selatan.
Beliau juga ikut sebagai salah satu perintis berdirinya
beberapa perguruan tinggi Negeri di Papua dan
Sulawesi. Ayahanda Anaway lulus dari Gajah Mada
dan kawan seangkatan almarhum Amir Murtono, mantan ketua Umum Golkar. Bahkan pada hari
pernikahan Anis dan Anaway pak Amir Murtono
memberi sambutan mewakili keluarga Anaway. Bersama almarhumah istri pak Amir Murtono ibunda
Anaway juga ikut mendirikan pengajian Al Hidayah
di bawah Golkar. Jadi Anaway Irianti Mansyur itu
berasal dari keluarga politik. Bahkan Golkar sebagai
kekuatan utama Orde Baru. Anis dan Anaway
menikah sebagai sesama aktivis dakwah saat mrk masih sama-sama kuliah (dari sononya dah nekat).
Anis kuliah di Fakultas Syariah LIPIA sementara
Anaway di Universitas Negeri Jakarta yang dulu
benama IKIP. Mereka hanya berkenalan sepekan dan @anismatta
langsung melamar Anaway. Keluarga Anaway tentu
saja kaget setengah mati. Tapi entah dengan cara
bagaimana Anaway akhirnya berhasil meyakinkan
keluarganya dan perkawinan mereka berlangsung 3
bulan kemudian. Mereka menikah tahun 1992, hingga kini (2013) mereka dikarunia 4 orang puteri dan 3
orang putera. Di awal nikah dulu saya bertetangga. Anaway dan
suaminya dengan latar keluarga seperti itu dari dulu
sama, mereka tak mengalami perubahan berarti.
Memang anak tambah banyak. Ini memang khas
aktifis. Dugaan saya karena mereka pasangan yang
terlalu akrab. Umunya kan mereka tidak mengenal hiburan dan akhirnya isteri jadi korban...(hehe
becandaaaa). Banyak pasangan yang meyakini dan
senang melihat anak banyak, saya kira itu hak
pribadi dan keluarga. JEN dan saya kira Anaway termasuk yang senang
banyak anak. Saya lupa kalau gak salah Anaway
hamil 10 kali. Itu pula yang terjadi sekarang Anaway
benar-benar memiliki anak 10 karena Szilvia sudah
melahirkan 3 anak. APAKAH karena itu Anaway
mudah takluk dan menerima Szilvia tinggal di rumahnya? Sebenarnya faktor yang akhirnya
membuat Anaway mengizinkan Anis menikah
adalah kepercayaannya pada takdir. Ini memang rumit karena di zaman materialisme
sekarang apa masih ada yang mau percaya takdir?
Kenapa tidak melawan? Anaway yakin saja bahwa
kalau memang ada takdirnya, tidak ada yang bisa
menghalangi @anismatta menikah dengan Szilvi.
APA YANG MAU DILAWAN? Terus, untuk apa melawan? Untuk ego? Emang hidup bisa kita atur
semua oleh kita? Aku juga mencoba membaca
kenapa Anaway, perempuan bugis ini bisa tidak
melawan? Apa kek gitu.... Aku teringat nenekku hajjah Tampawan Hasan.
Perempuan Mandar. Aku tak tahu ia isteri ke
berapa...belasan. Menurut cerita, kakek kami
bersaudara...pengelana. Dan dimana mereka
berhenti di situ mereka menikah. Maka sepanjang
Sunda kecil mereka menikah dan "meninggalkan jejak keluarga"; Bali, Lombok, Sumbawa. TIBALAH
mereka di Sumbawa pada perhentian ke-3 mereka
menemui Nenekku yang masih belia, 15-17 tahun
menurut cerita. KAKEK KAMI sudah berusia 60 tahun atau jelang 60-
an. Suatu perbandingan umur yang mencolok. Itulah
zaman. KAKEK dari abah menikahi gadis sasak dan
kakek dari ibu menikahi Datuk Tambawan, gadis
Mandar anak opas hasan. Pernikahan dengan gadis
Mandar itu melahikan ibuku Nurjannah sebagai anak pertama, anak perempuan. Zaman itu, ini berita
buruk. Sebab rupanya salah satu yang membuat
kakekku berkelana adalah karena anak perempuan. Konon, setiap anak perempuan pertama lahir maka
kakek memutuskan pindah rumah...dia kecewa atau
apa tak jelas. Saya jadi mengerti kenapa begitu
banyak istrinya dan kenapa umumnya anak yang
ditinggal perempuan. Saya pernah mengelilingi
semua anak kakekku di Lombok. Umumnya mereka bibiku dan tak sedikit dalam keadaan sulit. Sekarang
kita kembali ke gadis Mandar yang kampungnya tak
jauh dari kampungnya Anis atau Anaway. Dia beda!
Ada satu adegan yang sering diceritakan keluarga.
Karena ini menjadi alasan kenapa nenekku paling
banyak anaknya. Kakek mulai menunjukkan gelagat tidak betah dan
nenek mulai mengerti situasi dalam keadaan
menyapih bayi pertamanya. Suatu pagi, kakek pamit.
Dan nenek yang sedang memeluk bayinya (ibuku
sekarang masih hidup alhamdulillah). Nenek
menunjukkan reaksi tidak suka. Tapi kakek seperti memaksa. Maka, saat itulah keluar reaksi
monumental nenek. Dia rupanya memegang belati, dan ibu muda belum
20 tahun itu mengacungnya sambil memeluk bayi
yang menangis keras. Dia mengancam suaminya,
"Berani keluar rumah, perutmu aku robek!". Kalimat
itu pecah di antara tangis ibu dan bayinya. Sejarah
kini mencatat Kakek tak "keluar rumah" sampai akhir hayatnya dan nenekku memberinya banyak
anak. Aku pengagum nenek dan ibuku. Aku pengagum
perempuan kuat. Dalam kerangka itu aku lihat
Anaway. Dia hebat. Aku bisa mengerti sikap Datuk
Tampawan karena ia melihat situasi. LELAKI TUA INI
HARUS DISTOP. Aku yakin itu cinta. Mungkin cinta
nenek tak banyak yang paham, melampaui zaman. Dia hebat, kelak ketika Masyumi masuk ke Sumbawa
nenek jadi Jurkam.

JADI jika poligami adalah jalan agama maka jodoh
juga adalah ketentuan Allah. Itulah yang kutahu dari
Anaway. Dalam percakapan dengan Anaway kata
takdir paling sering terulang. Anaway mengucapnya
dengan ringan. “Tidak ada perempuan yang mau
dimadu,” kata Anaway suatu ketika, “tapi kita tidak punya pilihan atas takdir yang Allah
tentukan.” Karena  jodoh seluruhnya ada dalam takdir Allah,
kita tidak pernah bisa menghindari takdir yang akan
berlaku untuk kita, katanya lagi. Berat memang,
justru karena berat tak semua orang berani
melangkah. Tak semua orang berani mengambil
sikap terbuka. JEN dan Anaway telah membicarakan topik ini lama. Awal mula sebagai pengetahuan dan
lama-lama jadi kenyataan. Mereka adalah keluarga bahagia. Secara sepintas
sebenarnya orang akan melihat poligami sebagai
indikasi ada masalah. Itu karena orang tidak tahu
bahwa kepercayaan pada takdir, tradisi keluarga,
konsekuensi dakwah, jadi latar. Di satu sisi “Cinta”
harus ditempatkan sebagai perasaan pribadi manusia yang paling suci di tengah konteks
pergerakan dan politik. Karena ini privacy kadang
saya menentang orang membicarakannya secara
publik. Tapi ini jadi berita dan ini tentang @anismatta. Di luar itu saya bisa berdebat dengan orang yang
paling liar pikirannya bahwa ini pilihan pribadi orang.
Buat apa mempersoalkan pilihan privat? Bukankah
kelompok-kelompok liberal menetang hal itu? Ayo
konsisten. Bahkan kalau mau bikin perbandingan
cara @anismatta jauh lebih terhormat dari cara siapapun termasuk kakekku dan Soekarno..hehe.. Saya hanya mau menggambarkan secara lebih
natural sebagai perbandingan dari gossip media
massa dan infoteinment. Karena meski itu pilihan
pribadi, dimensi latar dan prosesnya rumit dan
kompleks. JEN PERNAH CERITA BAHWA bercandaan
poligami dengan Anaway dimulai tahun 2000. Dalam suasana setelah kalah pemilu. Maklum orang kalah,
katanya. Dan sebagai sekjen partai ia memikul
tanggungjawab. Tapi boleh dong becanda. Bahkan suatu saat tahun 2002 Anis memberanikan
minta izin menikah ke ust. Hilmi (ini becanda dimensi
ke-4)..hehe.. Jen memang suka melayang...idenya
nampak acak tapi lama-lama kelihatan teratur...ini
menyebalkan.. Ini orang gak ada matinye kata orang
betawi. Ada aja yang dikerjakan. Gak bisa distop dan gak bisa kapok. Banyak kisah hidupnya yang unik.
Anda percaya kalau ada anak kecil pergi ke
puskesmas sendiri? Lalu di puskesmas dia minta
disunat dan tanpa pendamping dia disunat? Lalu
setelah disunat, dengan burung diperban dia naik
angkot pulang sendiri. Anak kecil itulah @anismatta. Anis matta memang lahir di Bone 45 tahun lalu. Tapi
keluarganya perantau. Mereka keluarga pedagang.
Sebagian dari masa kecil-nya di Ambon. Karena itu
sekolahnya juga unik. Pernah di sekolah Katolik,
pesantren NU dan Muhammadiyah dan lalu kuliah di
LIPIA sekolah saudi. Jangan lupa dia pernah kuliah sama saya di UI depok S2 (gak selesai) dan juga salah
satu lulusan terbaik Lemhanas. Sejak PK (Partai Keadilan) berdiri 1999 beliau sudah
menjadi salah satu konseptor partai dan akhirnya
menjadi sekjen dari 4 presiden. Maka, begitu penting
posisinya di dalam. Kami para sahabat sering
bertanya keras tentang langkahnya. Termasuklah
soal permintaan ijinnya ke ust. HILMI itu..."Apa-apaan ente jen?". Emang punya calon?..hehe.. MAKSUD SAYA "ade ape nih?".."loe lagi berantem ame
Anaway?"...dia bilang kagak,..”trus? Maunya apa
ninggalin kite...?” Maksud saya, bukan minta ijin
bareng...enak aja...tapi apa yang terjadi dengan
ijinnya itu? Kami bingung... Dan jawabannya itu yang
nyebelin, "Minta aja ijin dulu..siapa tahu diijinin kan tinggal jalan..."..nah loh.. Hare gene..eh partai
kalah..kita semua lagi pusing...ente juga pusing
kan..tapi jangan gitu dong caranya... Keruan saja, jawaban ustadz Hilmi, "Nis, ente sekjen
dan tanggungjawab ente menangkan partai pemilu
2004...fokus ke situ!” Memang beliau tidak
mengunci mati karena dasarnya itu hak pribadi
orang merdeka. Tapi saya mengerti situasinya.
Kekalahan pemilu 1999 sangat memukul sebagian besar kader dan pimpinan partai. Bahkan ada yang
kapok. Ada yang mengusulkan agar kita tidak perlu
bikin partai, cukup bikin ormas dan itu lebih aman.
Lebih cocok. Musyawarah memutuskan kita maju
terus dan dalam transisi dari PK ke PKS itulah kita
harus fokus. Pesan pimpinan memang membuat pak sekjen fokus.
Seperti tulisan di kamar SMA dulu kalau mau ujian:
"NO Time For Love!". Setelah itu kami memang benar-
benar fokus ke pemenangan pemilu agar PKS bisa
eksis dan tidak terlempar dari panggung politik.
Setelah meraih suara cukup besar 2004, Jen mendapat tugas tambahan untuk menjurubicarai PKS
di luar negeri. PKS merasa harus membantu banyak
negara memahami reformasi Indonesia dalam
kerangka Islam dan Demokrasi. Itulah awalnya
mengapa saya sebagai wasekjen banyak menemani
beliau dalam perjalanan Luar Negeri khususnya dunia Islam. Ceramah-ceramah @anismatta di berbagai negara
itu umumnya berkisar soal transisi demokrasi di
Indonesia setelah reformasi. Ceramah-ceramah itu
menjembatani kalangan Islam dan Negara yang
sudah terlalu lama mengalami ketegangan,
utamanya di negara Islam. PKS berpendapat sudah waktunya hubungan Islam dan Negara direhabilitasi,
dan demokrasilah jembatan untuk itu. Dan dalam
rangkaian perjalanan-perjalanan itulah akhirnya
kisah cinta ini bersemi bukan tanpa sebab. Dalam tahun-tahun yang sulit sebelum pemilu 2004
@anismatta menulis serial kepahlawanan di majalah
Tarbawi untuk memotivasi kader. Tapi setelah 2004
@anismatta menulis serial cinta sebagai lanjutan
serial kepahlawanan sebelumnya. Saat-saat menulis
serial cinta itulah @anismatta mengalami kisah ini, tulisan-tulisan itu adalah anak-anak hatinya. Sadar
bahwa ini keputusan sangat besar, @anismatta
mencoba melakukan langkah-langkah yang
diajarkan agama Islam. @anismatta juga melakukan sholat istikharah dan
meminta Anaway dan Szilvia melakukan hal yang
sama. Ini penting! Di satu sisi @anismatta mulai
mempersilahkan Anaway dan Szilvia saling
berkomunikasi dan meminta mereka jujur dan
terbuka. Mereka bertiga mengalir perlahan menantikan apa yang akan menjadi takdir mereka.
Jen menekankan naturalitas itu. SEPERTI JANJI DAN
KOMITMENNYA SEJAK AWAL bahwa jika Anaway
tidak setuju maka rencana itu batal seluruhnya. “Setiap orang yang akan masuk dalam hidup kita,”
kata Anaway, “harus dipastikan bahwa kita dan dia
bisa saling bekerja sama.” Sebab perkawinan
kedua ini bukan pelarian dari kegagalan pada
perkawinan pertama. Mereka keluarga bahagia kok.
Apa yang ingin diketahui Anaway dari Szilvia adalah kejujurannya dan kesiapannya untuk menanggung
semua resiko dari kehidupan bersama. Anaway sadar bahwa suaminya adalah seorang
aktivis dan pemimpin partai, suaminya punya
tanggung jawab besar. Anaway ingin memastikan
bahwa ini bukan cinta picisan, bahwa Szilvia benar-
benar siap menjalani hidup yang berat.  Anaway
melakukan itu karena sejarah hidupnya dengan @anismatta benar-benar dimulai dari bawah. Ia
merasakan semua pahit getir kehidupan
bersamanya. Walaupun berasal dari keluarga terpandang tapi ia
memilih menjalani hidup yang berat  sebagai aktivis
dakwah. Hidup yang telah mereka jalani selama 14
tahun itu terlalu indah untuk dirusak oleh seseorang
yang tidak bisa beradaptasi dengan jalan hidup itu. Suatu saat Szilvia mengeluh ke @anismatta karena
merasa mendapat pertanyaan-pertanyaan yang
menyudutkan. Tapi apa jawab @anismatta? Ke
Harom dulu....Ashar di Makkah... Bagian ini paling
penting, bagian ini yang paling tidak terbaca
orang...bagian ini yang paling rumit.

Saya mungkin agak iseng, karena kalau soal poligami
saya punya referensi yang cukup. Saya membaca
sejarahnya dan saya mengerti kenapa ia menjadi
perhatian kita sepanjang masa. Banyak keliru. Pada
kasus Anis Matta menurut saya adalah di antara
contoh sukses yang nyata. Bukan seperti fiksi dalam ayat-ayat cinta. Kisah Bung Karno banyak orang
tidak suka bicara karena sebetulnya itu contoh gagal. BUNG KARNO tak pernah terbukti sanggup
mengumpulkan 2 perempuan secara damai bahkan
tragis. Pernikahan dengan Siti Utari menurut beliau
karena menghormati gurunya HOS Tjokroaminoto.
Utari baru berumur 15 tahun. Ketika Utari dibawa ke
Bandung Si Bung jatuh cinta pada ibu kos, Inggit Garnasih. UTARI dipulangkan. Demikian pula ketika dibuang ke Bengkulu seperti
saya cerita. Bung Karno jatuh cinta pada Fatma.
INGGIT menyingkir sedih. Dan yang paling tragis
adalah saat Guruh dilahirkan bu Fat sebagai anak
terakhir. BUNG pergi menikahi Hartini. Itulah sejarah
bangsa kita sampai si Bung menikah 9 kali yang tercatat dan entah berapa yang tidak. Poligami yang dilaksanakan secara akurat tentu lebih
mulia dari berganti pasangan. Resmi atau tidak. Maka
dialog segitiga Anaway-Szilvia-Anis menjadi menarik
untuk disimak. Kembali ke cerita tadi. Ada perasaan dikasari dari Szilvia oleh pertanyaan
Anaway sebagai Isteri Anis. Apa reaksi Anis? “Kita
akan menghadapi masalah-masalah seperti itu tiap
hari, kalau kamu tidak siap ya jangan lanjut,”
sergap anis tanpa tedeng aling-aling. Mungkin terasa
kejam, tapi sebenarnya ia ingin membuka semua potensi masalah sejak awal sebelum mengambil
keputusan akhir. Komunikasi segitiga terus berlanjut sambil mereka
masing-masing melakukan sholat
istikharah..memantapkan hati. Di situ ada kejujuran,
keterbukaan, kepasrahan, dan kesiapan menjalani
takdir baru dalam hidup. Nampak sekali mereka
mengalir bagai air, sebab keputusan apapun yang akan mereka ambil harus bisa
dipertanggungjawabkan. “Kalau Szilvia benar-
benar mencintai @anismatta,” kata Anaway, “dia
pasti tahu apa yang harus dia lakukan untuk menjadi
istrinya..” Akhirnya Szilvia juga sadar bahwa keinginannya
untuk masuk dalam kehidupan @anismatta tak
semudah yang ia bayangkan. Karena itu Szilvia
memutuskan bersabar menjalani semua proses itu.
Dia harus memahami Anaway lebih dalam. Sejak itu
Szilvia tak pernah lagi mengeluhkan semua proses, dia menjalaninya dengan sabar..dia belajar bab
ikhlas. Kesabaran itu akhirnya berbuah karena akhirnya
Anaway yakin Szilvia memang benar-benar jujur
dalam Islam dan cintanya. Anaway bahkan jatuh hati
kepada Szilvia dan merasa tidak berhak
mencegahnya masuk dalam kehidupan mereka.
Selain itu, bagi Anaway ini pada akhirnya adalah dakwah. Szilvia sudah masuk Islam dan kita harus
membantunya menjadi muslimah yang baik. Dan jika
perkawinan adalah jalannya, Anaway bersedia
berkorban untuk itu semua. Itu adalah
pertanggungjawaban moral. Saya harus mengakui bahwa heroisme Anaway-lah
yang memungkin jalan perkawinan ini jadi lebih
mudah..tak terbayang jika tidak. Adapun Jen, melihat
dua perempuan itu melunak dia terus melaksanakan
sholat istikharoh. Dia ingin mantap betul. Pada akhir
Desember tahun 2005 Anismatta berkunjung untuk kedua kalinya ke Hongaria dan bertemu dengan
keluarga Szilvia. Yang menarik kudengar. Kakek Szilvia menyuruhnya
membaca Alquran. Konon mereka terkesan dengan
utsmani. Ayah Szilvia adalah seorang pengusaha
konstruksi..setengah baya badannya kekar. Sekali
tinju kita bisa pingsan. LALU setelah semua
komunikasi itu selesai komunikasi dengan Anaway selesai, @anismatta meminta pendapat kami sebagai
sahabatnya. Apalah yang bisa kami buat. Kawan ini
kalau melangkah kan gak pernah sembarangan.
Paling-paling kita ngecek prosedur. Apakah ini sudah
legal dan prosedural...chieee.. MAKSUD SAYA, ini orang sudah istikharoh dan
konsultasi sama Tuhan nah apa pulak yang bisa
dibantah? Anismatta telah melakukan semua proses
itu: istikharah dan musyawarah..ini pasti bukan cinta
yang biasa... Apa yang sebelumnya tidak bisa
dibayangkan mulai tampak seperti mungkin terjadi..karena hati telah lembut. Kami bertiga
akhirnya mendukung rencana mereka hidup dalam
satu rumah tangga. Apa alasannya menolak??
Sebagai sahabat kami berkewajiban menjaga Jen
dari kemungkinan masalah yang dapat merusak
hidup beliau.. Sekali lagi itu kan urusan pribadi tapi cobalah lihat
bagaimana cara lelaki ini mengambil haknya.
Sebetulnya keputusannya adalah tanggungjawabnya
tetapi kami melihat semua dalam rangka kebaikan.
Pertanyaan paling mendasar adalah apakah ada
pihak yang dizalimi? Siapa yang dirugikan? Cinta mereka jadi besar karena ada Anaway yang
heroik dan lapang dada, ada  Szilvia yang jujur dan
sabar, serta Jen yang persuasif. Tapi rasanya ini too
good to be true..kami semua tidak cukup yakin
bahwa cinta ini benar-benar akan berujung ke
pelaminan. Tentu tak ada yang benar-benar selesai. Hidup selalu ada dinamika. Dan sekarang Jen sudah
jadi Den (presiden). Dicalonkan jadi Capes
lagi...padahal dia sudah mundur jadi pejabat publik
dan tidak mau nyaleg. Jabatan wakil ketua DPR yang ditinggalkannya bukan
posisi kecil. Tapi Den tak pernah menghitung jabatan.
Niatnya hanya memperbaiki niat. Sebab jika niat kita
bengkok kita takkan pernah sampai tujuan surga.
MAJU TERUS DEN @anismatta. Seperti katamu jangan
takut melihat ombak. Kita orang pesisir. Tepatnya kita bangsa pesisir. Garis pantai kita yang
menyentuh ombak terpanjang di dunia. Hanya kalah
dengan Canada.

Kepalaku panas..tak bisa aku berhenti memikirkan
seorang sahabat sekaligus bos...@anismatta. Jen
yang sekarang  jadi Den tetap bos ku...aku panggil
saja Jen...sebab kadang-kadang aku ingin menjadi
prajurit. Iya, aku prajurit dari imajinasinya yang
melayang dan aku harus melayang terkadang. Siap Jenderal! Di sela-sela Zikir di Baitullah, di Tanah Suci
aku ingin dengan niat baik menulis pernikahan Jen
dan Isterinya Szilvia.
AKU INGIN mengungkap kebesaran hati
Anaway...tidak untuk menakuti perempuan lain.
Hanya sebagai kisah. AKU INGIN menulis sedikit yang kutahu tentang Szilvia yang kukenal sebagai manajer
toko di Budapest. MANAJER TOKO DARI BUDAPEST yang kemudian
menjadi muslimah pendamping Jen. Aku ingin
bersaksi bahwa kisah ini bukan fiksi. Ini kisah nyata.
Tentang orang-orang yang meyakini takdir. Ini kisah
tentang hidup yang rumit maka kita sederhanakan
saja dalam kepasrahan kepada Allah. Ini kisah tentang keberanian membuka topeng dan
mencemooh kepalsuan simbolik sehari-hari yang
mengangkang. Yang kusenangi dari Jen bukan
nekadnya seperti dulu waktu kecil pergi ke
puskesmas khitan sendirian naik angkot. Aku senang
karena dia adalah sedikit dari orang yang membuatku bisa merenung panjang. Aku, kalau
sudah punya mau dan aku yakin bisa menjebol
tembok batu aku akan tabrak. Tidak peduli satu
dunia. Jen adalah sedikit dari orang yang bisa membuatku
belok atau bertahan sebentar. Menyuruhku berpikir
ulang. Kembali ke kisah pernikahan Jendral
@anismatta yang rada-rada mirip nagabonar. Dia
ada slebornya juga (piss hehe). Akhirnya mufakat
tercapai antara Anaway, Szilvi dan Jen. Cinta ini harus dibawa ke Pelaminan..(tambah popcorn). Mereka
bertiga merasa mantap untuk melangkah lebih jauh,
waktu untuk saling mengenal rasanya sudah cukup. Jangan lupa bahwa sebagian dari percakapan
ketiganya juga berlangsung lewat email dan kadang
telepon. SZILVIA dalam dialognya juga
menyampaikan keinginannya melihat Indonesia.
Juga ingin belajar Islam di sini. Tapi baru pada
kunjungan ke tiga ke Budapest Jen mengijinkan Szilvia datang ke Jakarta. SZILVIA TENTU SENANG.
Proses ini tidak semata-mata demi pernikahan. Tidak
ada janji pasti, istikhoroh masih terus dijalankan.
Kepastian dari Allah. Seperit apa akhirnya perjalanan mereka kami semua
tidak tahu. Cinta manusia ini sedang menanti
penyelesaian takdir.  Mengantisipasi semua
kemungkinan itu Jen mengajukan sebuah
kesepakatan yang tidak akan merugikan siapapun di
kemudian hari.  Szilvi diberi kesempatan untuk berkunjung ke Jakart selama 2 pekan. Selama itu
Szilvi adalah tamu Jen, dan hanya tamu. Szilvia
diminta bertemu dengan istri, anak-anak, ayah, ibu
dan keluarga @anismatta serta merasakan
kehidupan umum di Indonesia. Jika dalam masa 2 pekan itu mereka bertiga sepakat
untuk lanjut, maka pernikahan itu bisa dilaksanakan
saat itu juga.  Jika salah satu pihak tidak setuju,
khususnya Szlvi atau Anaway, maka Szilvi kembali
ke Budapest seperti tak pernah ada apa-apa. Aku tahu maksud Jen, ini soal akurasi dan
perhitungan matang....ini bukan langkah
sembarangan... Waktu itu aku tahu, salah satu
opsinya jika gagal dan Szilvia kembali ke Budapest
maka resiko ditanggung Jen.  Jangan lupa bahwa
meskipun risiko ditanggung bersama tapi rasanya perjalanan Szilvia paling jauh.  Maka jika gagal Jen
akan menanggung biaya hidup selama 2 tahun
(bukan bulan) sesuai dengan jumlah pendapatan
Szilvia saat itu. Itu karena Szilvi meninggalkan pekerjaannya,
bahkan mendapatkan tawaran pekerjaan baru yang
jauh lebih baik. Saya mendengar sebuah perusahaan
mobil di Eropa menawarnya dengan gaji 4 kali gaji
lamanya. Tapi dia sudah bulat. Jadi dengan
menanggung biaya hidup selama 2 tahun jika pernikahan batal Jen ingin mengapresiasi
pengorbanan gadis muallaf itu. Semua sepakat dan semua deal disetujui. Tinggal
melaksanakan sesuai rencana mereka bertiga. Tapi
ada satu hal yang belum disampaikan dan belum
selesai. Yaitu soal ijin ketua Majelia Syuro. MASIH
ingat kan soal ijin yang ditolak tahun 2002? Kan
belum ada ijin baru. Lalu bagaimana caranya? Aku tahu Jen pasti pilonnya keluar tapi pilon yang ada
hitungannya (nah loh..belom pernah denger kan?)
Dengan ringannya dia menjelaskan posisinya di
partai. Dan bahwa kalau ketua MS gak setuju maka
semua batal. Kasarnya, meski mereka bertiga sudah
sepakat tetapi jika partai memutuskan tidak maka semua batal. Mungkin tidak gampang bagi Szilvi untuk mengerti
situasi itu tapi iya menerima juga sebagai bagian dari
proses. Dia sudah siap. Terasa betul nuasa cinta dan
kepasrahan dalam proses menuju pernikahan itu.
Tak ada deskripsi lain yang layak. Ada cinta manusia,
ada disiplin organisasi dan semua dibalut dalam kepasrahan kepada takdir. Kalau ada jodoh pasti ada
jalan. Ada antisipasi lain yang dilakukan @anismatta
bagaimana jika pernikahan itu berantakan di tengah
jalan? Mungkin saja. Jadi Jen mengajukan syarat, jika mereka menikah
maka selama 2 tahun pertama tidak ada buku nikah
dan tidak ada anak. No paper no children untuk 2
tahun pertama adalah antisipasi kalau mereka
merasa tidak cocok karena berbagai sebab yang
mungkin saja terjadi. Seandainya sebelum 2 tahun mereka bercerai tidak ada masalah legal yang rumit
bagi mereka bertiga..itu salah satu pertimbangan. Szilvi juga akan lebih mudah mendapatkan suami
baru karena tidak punya bawaan yang lebih
kompleks. Tapi jika itu terjadi Jen @anismatta akan
tetap menanggung biaya hidup selama beberapa
tahun yang bisa mereka sepakati kemudian.  Jen
kelihatannya memang terlalu rigid dan antisipatif..tapi sebagai orang Eropa Szilvi malah
menyukai sikap itu. Ketika akhirnya Szilvi tiba di Jakarta @anismatta
menyambutnya dengan kalimat "welcome to the
junggle". Szilvi tersenyum mendengarnya sambil
bertanya kenapa disambut begitu? Apakah kau
nervous? Kata Jen serius, "Sebab hidup tidak akan
mudah bagimu dan bagi kita semua setelah hari ini"..provokator ulung. "Benar juga sih, sebab jika kita
tidak  jadi menikah kita akan menanggung rindu dan
kecewa dalam waktu yang lama", kata Szilvia.
AMPUUN. "Tapi jika jadi menikah kita juga akan menanggung
beban hidup yang tidak ringan," Samber sang Jen,
kayak dialog sinetron.  Ada beban emosi, beban
sosial, beban politik dan tentu saja beban
keuangan..semua akan mereka tanggung.
Perkenalan dengan keluarga Jen berjalan dengan baik sejak kedatangan Szilvi..semua keluarga dan
anak-anak tak ada masalah. TAPI JANGAN lupa, izin
pimpinan Partai belum keluar. Tuan sekjen sudah
janji kepada kami bahwa itu syarat mutlak.

KISAH INI TAKKAN MUDAH bagi banyak orang.
Terutama bagi keluarga Jen. Khususnya Anaway dan
anak2nya. Kisah ini juga tidak mudah bagi banyak
perempuan yang khawatir ini akan jadi propaganda.
Tak mudah juga bagi teman-teman aktifis perempuan
yang terkena stigma seolah ini hanya pembenaran.  Maka tentu tak mudah juga bagi saya karena saya
akan dituduh memasuki pribadi orang. Tapi apa
pilihannya-pilihannya? Masalahnya Jen telah menjadi
manusia publik. Suka atau tidak. Dan kita memilih
jalan yang rumit ini. Jen sendiri aku tahu ketika ditanya dia lebih suka
sepi. Apa sih enaknya diomongin orang? Menjadi
orang yang dikenal luar itu seperti merelakan tubuh
kita dicabik sekawanan serigala. Tiada henti. Setelah
itu mungkin ada yang menambal lalu tercabik lagi.
Tapi keduanya serasa sakit. Kita kehilangan hidup yang sepi. Maka bagi @anismatta sebenarnya yang
berat justru izin partai… urusan pribadi ijin partai. Selama di Jakarta itu Anaway-lah yang mengantar
Szilvi kemana-mana..termasuk memperkenalkannya
ke keluarga Anaway sendiri. Jen sendiri tidak banyak
bertemu dengan Szilvi selama 2 pekan itu untuk
memberi kesempatan yang leluasa bagi mereka
berdua saling mengenal. Perbedaan budayalah yang paling dikhawatirkan Jen,
disamping tentu perbedaan umur yang terpaut 12
thn. Tapi semua berjalan dengan baik sampai di situ.
Tinggal izin partai, duh ini lagi... Sebelum meminta izin
ke ust.Hilmi Aminuddin,  Anaway sudah lebih dulu
membawa Szilvi ke rumah beliau. Setelah itu barulah Jen menemui Ust. Hilmi. Bagi
beliau masalah pribadi seperti ini harus dikelola
dalam konteks kepentingan organisasi. Tidak mudah
bagi beliau untuk mengizinkan @anismatta menikah
lagi terutama karena beban organisasinya sebagai
sekjen. Selain masalah beban itu juga bagaimana ini akan berdampak bagi kader secara umum, pimpinan
harus menjadi contoh. Diskusi di seputar itulah yang
alot diantara mereka berdua yang berlangsung
sekitar 2 jam. Sebegitu alotnya akhirnya Ust. Hilmi
mengajukan satu pertanyaan sangat penting kepada
@anismatta sebagai sekjen. “Bagaimanapun,” kata beliau, “suatu saat antum
mungkin akan jadi pemimpin nasional di masa yang
akan datang, apa ini tidak akan jadi masalah?” Jen terdiam lama lalu menjawab, “Ustadz,”
katanya, “ saya tahu diri saya ustadz, saya lebih
tepat untuk kerja-kerja dapur ketimbang jadi pejabat
publik.” Sejak lama memang @anismatta menyadari fakta
tentang dirinya yang tidak tepat untuk jabatan publik.
Itulah mengapa selalu menghindarinya. Anismatta
bisa mengoperasikan partai dengan baik tanpa harus
menjadi pejabat publik. Dari dulu itu ia yakini.
Orientasinya lebih kuat ke achievement  daripada power. Baginya power adalah tool of achievement
bukan sebaliknya. Mungkin karena itu ia gampang
meninggalkan jabatannya sebagai Wakil Ketua DPR
RI saat harus jadi Presiden Partai. Dalam banyak kesempatan @anismatta selalu
mengatakan jabatan tidak serta merta membuatmu
bisa berkontribusi. “Tapi jika kamu punya kapasitas
besar kamu pasti berkontribusi walaupun tidak
punya jabatan,” kata Jen. Itu dasar dari jawaban-
jawabannya kepada Ust. Hilmi saat itu. Dia lebih nyaman jadi orang dapur ketimbang jadi orang
panggung. Ada pikiran lain yang berkecamuk dalam
dirinya saat itu, yaitu keinginan untuk menguji dirinya
sendiri sebagai leader,  ini rahasia jen. Baginya fase
ini adalah ujian kepemimpinan. Ini ujian stabilitas
emosi dan spiritual. Ini juga ujian kemampuan mengelola orang. Ujian bagi kemampuan memikul
beban. Kalau ini saja gagal apa lagi yang lain. Manusia selalu punya dua sisi dalam hidupnya,
rumahnya dan pekerjaannya, itu Jen kelola secara
seimbang. Bagi @anismatta, keluarganya adalah
fondasi sosialnya bagi kehidupan profesionalnya. Jika
seseorang hanya sukses di salah satunya itu artinya
ia tidak akan bisa terbang karena hanya punya satu sayap. Alhamdulillah izin itu akhirnya keluar  juga.
Keesokan harinya mereka langsung menikah,
sederhana tapi mendebarkan. Pernikahan dilangsungkan di rumah @anismatta
sendiri, tanggal 2 mei 2006 setelah Maghrib,
rumahnya sampai sekarang.  Anawaylah yang
mendandani Szilvia dan menyiapkannya sebagai
pengantin lalu membawanya ke ruang tamu
sekaligus musholla.  Malam itu Irel bertindak jadi wali, Aboe Bakar Alhabsyi
khutbah nikah, dan saya bersama Hendro jadi saksi.
Ayah ibu dan anak-anak Jen hadir dalam acara itu. Semua berlangsung singkat dan sederhana. Takdir
adalah penjelasan terbaik untuk itu semua. Sebab
kami tidak punya bayangan bahwa ini akan benar-
benar  jadi kenyataan. Ketika menjadi Wakil Ketua DPR RI tahun 2009
@anismatta memasukkan 2 Istri dalam LHKPN dan
ditulis dalam profil anggota DPR. LHKPN adalah
Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara kepada KPK
yang diupdate setiap tahun. Boleh tanya Johan Budi.
Sejak awal @anismatta tidak khawatir itu akan mengganggu jalan hidupnya sebagai politisi. Sebab
politik baginya adalah medan pengabdian, sarana
ibadah kepada Allah, bukan karir yang direncanakan
apalagi ambisi. Yang penting baginya adalah
kontribusi bukan posisi. Itulah mengapa ia jadi orang
yang benar-benar merdeka dan hidup tanpa beban target karir. Nilai seseorang akhirnya pada
kontribusinya bukan pada posisi yang dia duduki dan
itu berpulang pada keikhlasan dan kapasitas. Itulah
yang terjadi tahun 2009 @anismatta berhasil
memimpin pemenangan pemilu PKS dengan
tambahan 12 kursi DPR baru dari 45 ke 57 kursi. Jen gila kerja. Waktu menjadi ketua TPPN (Tim pemenangan pemilu nasional), partai digerakkan
kerja seperti orang gila. Jen bisa tidak tidur berhari-
hari kalau dianggap perlu. Dan itu sering. Saya tidak
kuat. Saya ingat ketika pernah diajak tidak tidur saat
akhir minggu tenang dan penghitungan suara. Sudah malam tidak tidur habis subuh diajak olah raga
sambil cari sarapan di daerah kota. Terpaksalah kita
kuat-kuatin aja...tapi anehnya ya jadi kuat beneran.
Meski minggu berikutnya aku tidur seminggu. Saya kira karena track record itulah akhirnya Majelis
Syuro aklamasi memilihnya jadi Presiden saat PKS
diterpa badai. Dan sampai hari ini Jen masih yang
dulu. Tentu aku ingin dia memimpin negeri ini. Aku
yakin negeri akan tambah baik. Orang boleh bicara
apa saja. Tapi adalah kewajibanku menyampaikan cerita yang tak mungkin dia lakukan sendiri. Setelah
ini aku akan berhenti bicara tentang keluarga Jen.
Cukuplah apa yang sudah kusebut. Aku minta maaf
kepada semua yang terluka dan aku minta maaf
kepada semua kata-kata salah. Karena ini telah
menjadi berita publik aku minta koreksi kalau ada salah. Terimakasih.

Tulisan ini saya sarikan dari kultwit @fahrihamzah yang kemudian ditampilkan di
@pkspiyungan
saya sedikit melakukan editing pada tulisan ini. Mudah-mudahan tidak keluar dari maksud sang penulis yakni @fahrihamzah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar